• Jumat, 29 September 2023

Kilas Balik Kembali Sejarah Jugun Lanfu Sebagai Tanggung Jawab Negara Terhadap Keadilan Perempuan Korban Sex

- Sabtu, 27 Mei 2023 | 19:10 WIB
Kilas Balik Kembali Sejarah Jugun Lanfu Sebagai Tanggung Jawab Negara Terhadap Keadilan Perempuan Korban Sex Slavery (Oleh Siti Masruroh)
Kilas Balik Kembali Sejarah Jugun Lanfu Sebagai Tanggung Jawab Negara Terhadap Keadilan Perempuan Korban Sex Slavery (Oleh Siti Masruroh)

SLEMANNEWS.COMKilas Balik Sejarah Jugun Ianfu Sebagai Tanggung Jawab Negara Terhadap Keadilan Perempuan Korban Sex Slavery
Oleh Siti Masruroh.

Sejarah perjalanan bangsa diwarnai dengan berbagai kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan dan situasi-situasi yang dialami perempuan amat mengerikan dan tanpa mereka pernah duga sebelumnya. Perumpuan sejak lama tidak lepas sebagai objek dari konfik bersenjata, perebutan kekuasaan ataupun agresi.

Salah satu kejahatan terhadap perempuan pada masa perang dunia II adalah Jugun Ianfu merupakan istilah kepada wanita yang dijadikan sebagai budak seks oleh tentara Jepang pada masa Perang Dunia II.

Baca Juga: Mengawal Pemiluh 2024, Satgas Cakra Buana Kabupaten Sleman Menyiapkan Strategi Pengawalan Pengamanan

Jugun Ianfu yang dapat dikatakan sebagai sistem perbudakan seksual militer jepang adalah sarana paksa bagi tentara-tentara jepang untuk memuaskan hasrat seksualnya. Pengelolaan dan pengkoordinasian Jugun Ianfu dilakukan oleh Puast Komando Tentara. Hal tersebut juga diketahui oleh Kerajaan Jepang.

Selain pusat hiburan yang terkonsentrasi dan terorganisir dengan dibentuknya barak-barak khusus untuk melakukan pratek-praktek hiburan.

Saat Jepang masuk ke pulau Jawa, wanita-wanita pribumi pada masa itu juga menjadi korban sebagai objek pemuas seksual tentara-tentara yang beroperasi.

Baca Juga: Radikalisme Dan Terorisme, Menjadi Momok Di Kabupaten Sleman, Melalui Kasatkorcab Dan Masyarakat Siap Melawan

Kegiataan pelacuran dalam kemiliteran Jepang tersebut berkaitan dengan sebuah kebijakan pemerintahan kekaisaran Jepang.

Sejak tahun 1900-an kekaisaran Jepang telah mensyahkan pelacuran dalam undang-undang yang disebut kosho sedo. Kosho sedo inilah yang kemudian menjadi dasar terbentuknya sistem pelacuran yang dikemas dalam sistem Jugun Ianfu.

Sebutan Jugun Ianfu mulai populer sejak penjajahan Jepang tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh wilayah jajahan Jepang.

Baca Juga: Sampaikan Jumlah Mahasiswa Batubara Yogyakarta, Politis PDI Perjuangan M. Safii, Akan Kita Bantu Kedepannya

Dalam dokumen resmi militer Jepang, para perempuan yang dipaksa menjadi “perempuan penghibur atau comfort woman” disebut teishintai, yang artinya adalah “barisan sukarela penyumbang badan”.

Jumlah teishintai diperkirakan sekitar 200 ribu orang. Jugun Ianfu bukan hanya memberikan gambaran seram tentang kehidupan perempuan yang dijadikan pemuas nafsu seks para pria dalam kemiliteran Jepang, tetapi juga memberikan gambaran kehidupan kelam, penderitaan lahir dan batin sepanjang hayat.

Dalam melakukan perekrutan Jugun Ianfu militer jepang tidak bekerja secara sendiri, melainkan mereka bekerja sama dengan sebutan wedana, yaitu lurah dan camat serta aparat di bawahnya melalui tonarigumi atau semacam Rukun Tetangga/RT.

Halaman:

Editor: Arun Saputra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

KONSTITUSIONAL DAN DAMPAK POLITIK DINASTI

Sabtu, 26 Desember 2020 | 17:01 WIB

Desa Bukan Bagian Dari Pemerintah Kabupaten/Kota

Sabtu, 18 April 2020 | 06:32 WIB

Semesta Cafe Yogyakarta dan Sudut Romantisnya.

Senin, 13 April 2020 | 10:42 WIB
X