SLEMANNEWS.COM - Stunting menjadi salah satu isu yang diberi perhatian penuh oleh Dinas Kesehatan di Indonesia. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita. Akibat dari stunting adalah tubuh anak lebih pendek dibanding usianya.
Stunting terjadi sejak dalam kandungan yaitu pada periode 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK). Kekurangan gizi pada usia dini dapat menyebabkan angka kematian bayi dan anak.
Stunting disebabkan oleh banyak faktor. Sehingga memerlukan konvergensi lintas program dan lintas program dan lintas sektor serta upaya sinergitas pemerintah di berbagai tingkatan.
Baca Juga: Perhelatan NGAYOGJAZZ 2022 Dukung Ekonomi Masyarakat Sleman
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman sebagai penanggung jawab pengukuran dan publikasi stunting, telah melakukan pengukuran status gizi terutama stunting pada balita.
Kegiatan pengukuran panjang badan atau tinggi badan bersamaan dengan bulan penimbangan balita (dan distribusi kapsul vitamin A) dilakukan dua kali dalam setahun yang dikoordinasikan oleh dinas kesehatan.
Data pengukuran tinggi badan balita diinputdalam aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat ( ePPGBM) yang di entry oleh petugas gizi dibantu oleh kader.
Baca Juga: Wakil Bupati Sleman Imbau Masyarakat Agar Perkuat Persatuan Melalui Toleransi
Salah satu Intervensi penurunan Stunting terintegrasi yang dilaksanakan oleh Kabupaten Sleman adalah Aksi ke 7 yaitu pengukuran dan publikasi stunting.
Pengukuran dan publikasi angka stunting adalah upaya Kabupaten Sleman untuk memperoleh data prevalensi stunting terkini pada skala layanan puskesmas, kecamatan, dan desa.
Berdasarkan hasil pengukuran status gizi balita pada bulan Agustus 2022 di Kabupaten Sleman dari sasaran balita sebesar 57.267 anak dengan jumlah balita yang diukur tinggi/panjang badannya sebanyak 50.877 (88,29%) didapatkan prevalensi angka stunting pada balita sebesar 6.88 % (3499 anak), sedangkan prevalensi stunting baduta (dibawah dua tahun ) sebesar 5.61% (984 anak).
Baca Juga: Semarak Nostalgia Permainan Tradisional di Jogja Folk Game Festival
Angka ini lebih rendah dibandingkan prevalensi stunting pada tahun 2021 sebesar 6.92% (3.445 anak).
Dari 86 kalurahan di 17 kapanewon Kabupaten Sleman, prevalensi stunting pada balita semuanya dibawah 20% atau berada di batas kategori aman ( ≥ 20% kronis) yang berarti tidak memiliki masalah kesehatan masyarakat, namun tetap diwaspadai kalurahan dengan kategori sedang (prevalensi 10-20%) sebanyak 17 kalurahan (19,77%) dan 69 (80,23%) kalurahan lainnya masuk pada kategori rendah dengan prevalensi 2.5-10% serta tidak ada kalurahan dengan kategori sangat rendah dengan prevalensi <2.5%.
Artikel Terkait
PP PAC SLEMAN Siap Kawal Pemilu 2024 dan Harapkan Suasana yang Damai Sepanjang Masa Persiapan
Rajut Kebersamaan dengan Hapuskan Isu Primordial
Ziarah Makam Prof. Lafran Pane dan Jenderal Soedirman , Abdullah Puteh : Saat Ini Kita Menikmati Perjuangannya
Mengokohkan Pengetahuan Demokrasi , Wakil Bupati Sleman Sampaikan Wejangan Menjelang Pemilihan Umum
Raih Kabupaten terbaik Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Danang Maharsa : Ini Kebanggaan Masyarakat Sleman
GKR Mangkubumi Dan Danang maharsa, Sepakat Mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional Melalui Jambore Kewirausahaan
Liga Dispora U-11 Digadangkan Wakil Bupati Sleman Menjadi Ajang Pencarian Bakat
Semarak Nostalgia Permainan Tradisional di Jogja Folk Game Festival
Wakil Bupati Sleman Imbau Masyarakat Agar Perkuat Persatuan Melalui Toleransi
Perhelatan NGAYOGJAZZ 2022 Dukung Ekonomi Masyarakat Sleman